Jumat, 19 Desember 2014

Melangkah Bersama Kalian

            Melakukan suatu hal yang kecil memang sangat mudah dilakukan sendiri. Contohnya; Makan bakso 1 mangkok. Kebayang kan kalo bakso yg cuman 1 mangkok dimakan secara bersama-sama, gak lucu dan yang pasti gak kenyang. Tapi, bagaimana bila sesuatu yang besar yang bisa mengubah dunia menjadi lebih baik dilakukan seorang diri? Pertanyaannya apa bisa? Apa mungkin? Jawabannya adalah mungkin, sangat mungkin. Tapi, mungkin hanya 30% dari 100% yang bisa melakukan semua itu. Contohnya; Thomas Alva Edison. Kalo yang cinta banget pelajaran fisika pasti tau dong siapa Thomas Alva Edison itu, Yup! Pencipta lampu pijar. Kebayang gak sih kalo Thomas Alva Edison tidak menciptakan lampu pijar ketika itu, pasti sekarang kita hidup di dunia penuh kegelapan. Ngeri men! Lalu bagaimana 70% sisanya? Sisanya adalah sekumpulan manusia yang memiliki mimpi untuk mengubah dunia tapi tidak ada keberanian atau tenaga atau ide-ide kreatif atau apalah untuk merealisasikannya. Semuanya berakhir hanya sebatas mimpi. Sayang banget, Sumpah! L
            Kembali ke topik. Make Thing Better Together, bacanya aja udah merinding apalagi kalo bacaan itu benar-benar dilakukan oleh semua orang. Saya akan gambarkan contoh sederhana; Tidak akan ada Group Band keren tanpa ada kerjasama dari vokalis, gitaris, bassis, drummer, manager, pencipta lagu. Mereka semua bekerjasama untuk menciptakan sebuah lagu yang keren. Contoh lain; ketika seorang atlet bisa mengharumkan nama bangsa, itu semata-mata bukan dilakukan oleh individu. Ada pelatih, dukungan dari orang terkasih, kerja keras yang semuanya dilakukan secara bersama-sama. Apa tujuannya? Tentu saja untuk membuat nama bangsa itu harum dimata dunia.
            Intinya untuk melakukan sesuatu yang besar dan persentasi keberhasilannya 99% berhasil itu menurut saya pribadi, lebih baik dilakukan secara bersama-sama. Bekerja sama menuangkan segala ide dari berbagai pandangan yang berbeda. Karena bagaimanapun kita bukan manusia sempurna, masih banyak kekurangan-kekurangan yang seharusnya dapat menjadi ‘hampir sempurna’ bila kekurangan-kekurangan itu ditutupi oleh kelebihan yang dimiliki masing-masing otak yang berbeda. Karena kesempurnaan hanya miliki Tuhan semata. #NO-DOUBT
            Ngomong doang sih gampang woy, yang nulisnya pernah gak melakukan sesuatu yang lebih baik dan dilakukan secara bersama-sama? Mungkin ketika membaca tulisan yang saya buat, akan muncul sebuah pertanyaan yang sama. Jawabannya adalah PERNAH PAKE BANGET. Jujur saya gak bohong. Rasanya itu bikin bahagia dan tidak bisa berkata-kata ketika semua itu berhasil. Baiklah, beginilah kisahku..
            Semua itu berawal ketika saya duduk di bangku SMA. Saya memiliki beberapa teman dekat, teman nongkrong atau lebih baik dinamakan ‘Sahabat’. Semua memang berawal baik sebelum salah satu diantara kita mengenal ‘Cinta Monyet’ di masa SMA. 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan mereka memang terlihat seperti 2 sejoli yang susah sekali dipisahkan. Bahkan, waktu main bersama  kami lebih sedikit dibandingkan dengan waktu main dengan ‘Cinta Monyet’ dia. Kami maklumi, namanya juga cinta kadang bisa membutakan segalanya. Dibulan ke-4 hubungannya mulai terlihat tidak baik, sering cek-cok dan pahitnya mereka berdua putus karena alasan yang tidak asing lagi..se-ling-kuh. Sakit, kecewa dan perasaan sedih itu dia alami dalam waktu yang lumayan lama. Dia susah untuk move-on dan kami sebagai seorang yang disebut sahabat dengan sangat senang hati menghibur hatinya. Berhasil-kah usaha kami? iya, tapi tidak mudah. Banyak cara yang kami lakukan untuk membuat dia kembali ceria seperti dahulu. Pergi Hang-Out bareng, buat video seru-seruan bareng, kuliner bareng. Hal itu kami lakukan tidak sebentar tapi kami tidak menyerah untuk terus membuatnya bahagia seperti dulu. Usaha kami tidak sia-sia. Waktu terus berjalan, kesenangan yang kami lakukan hampir setiap hari itu berhasil membuatnya melupakan memori pahit yang dia alami. Bila dilihat dari cerita yang saya alami, mungkin yang merasa ‘Better’ disini adalah satu orang saja yaitu dia yang mengalami kisah pahitnya ‘Cinta Monyet’ hingga berhasil Move-On. Benar, dia memang lebih baik. Tapi jika hanya dia jawabannya adalah salah, karena kami semua sebagai sahabatnya merasa ‘Better’. Better karena melihat orang yang kami sayangi bahagia. Memang sederhana, tapi begitulah kenyataannya. Saya merasakan betul bagaimana rasanya ketika kami berhasil membuat orang yang kami sayangi menjadi lebih baik.
            Kesimpulannya adalah ketika ‘Make Thing Better Together’ itu dilakukan dengan hati yang tulus maka akan timbul sesuatu yang bisa membuat kita semua lebih baik. Bukan hanya saya, kamu ataupun dia tetapi kami, kami semua menjadi lebih baik. Lalu, apa masih mau menyia-nyiakan rasanya menjadi seorang yang lebih baik dengan melakukannya secara bersama-sama? Ingatlah..pada hakikatnya manusia itu tidak bisa hidup seorang diri. Ada kalanya manusia membutuhkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Sekian dan terimakasih sudah membaca J