Melakukan
suatu hal yang kecil memang sangat mudah dilakukan sendiri. Contohnya; Makan
bakso 1 mangkok. Kebayang kan kalo bakso yg cuman 1 mangkok dimakan secara
bersama-sama, gak lucu dan yang pasti gak kenyang. Tapi, bagaimana bila sesuatu
yang besar yang bisa mengubah dunia menjadi lebih baik dilakukan seorang diri?
Pertanyaannya apa bisa? Apa mungkin? Jawabannya adalah mungkin, sangat mungkin.
Tapi, mungkin hanya 30% dari 100% yang bisa melakukan semua itu. Contohnya;
Thomas Alva Edison. Kalo yang cinta banget pelajaran fisika pasti tau dong
siapa Thomas Alva Edison itu, Yup! Pencipta lampu pijar. Kebayang gak sih kalo
Thomas Alva Edison tidak menciptakan lampu pijar ketika itu, pasti sekarang
kita hidup di dunia penuh kegelapan. Ngeri men! Lalu bagaimana 70% sisanya?
Sisanya adalah sekumpulan manusia yang memiliki mimpi untuk mengubah dunia tapi
tidak ada keberanian atau tenaga atau ide-ide kreatif atau apalah untuk
merealisasikannya. Semuanya berakhir hanya sebatas mimpi. Sayang banget,
Sumpah! L
Kembali
ke topik. Make Thing Better Together,
bacanya aja udah merinding apalagi kalo bacaan itu benar-benar dilakukan oleh
semua orang. Saya akan gambarkan contoh sederhana; Tidak akan ada Group Band
keren tanpa ada kerjasama dari vokalis, gitaris, bassis, drummer, manager,
pencipta lagu. Mereka semua bekerjasama untuk menciptakan sebuah lagu yang
keren. Contoh lain; ketika seorang atlet bisa mengharumkan nama bangsa, itu
semata-mata bukan dilakukan oleh individu. Ada pelatih, dukungan dari orang
terkasih, kerja keras yang semuanya dilakukan secara bersama-sama. Apa
tujuannya? Tentu saja untuk membuat nama bangsa itu harum dimata dunia.
Intinya
untuk melakukan sesuatu yang besar dan persentasi keberhasilannya 99% berhasil
itu menurut saya pribadi, lebih baik dilakukan secara bersama-sama. Bekerja
sama menuangkan segala ide dari berbagai pandangan yang berbeda. Karena
bagaimanapun kita bukan manusia sempurna, masih banyak kekurangan-kekurangan
yang seharusnya dapat menjadi ‘hampir sempurna’ bila kekurangan-kekurangan itu
ditutupi oleh kelebihan yang dimiliki masing-masing otak yang berbeda. Karena
kesempurnaan hanya miliki Tuhan semata. #NO-DOUBT
Ngomong
doang sih gampang woy, yang nulisnya pernah gak melakukan sesuatu yang lebih
baik dan dilakukan secara bersama-sama? Mungkin ketika membaca tulisan yang
saya buat, akan muncul sebuah pertanyaan yang sama. Jawabannya adalah PERNAH
PAKE BANGET. Jujur saya gak bohong. Rasanya itu bikin bahagia dan tidak bisa
berkata-kata ketika semua itu berhasil. Baiklah, beginilah kisahku..
Semua
itu berawal ketika saya duduk di bangku SMA. Saya memiliki beberapa teman
dekat, teman nongkrong atau lebih baik dinamakan ‘Sahabat’. Semua memang
berawal baik sebelum salah satu diantara kita mengenal ‘Cinta Monyet’ di masa
SMA. 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan mereka memang terlihat seperti 2 sejoli yang
susah sekali dipisahkan. Bahkan, waktu main bersama kami lebih sedikit dibandingkan dengan waktu
main dengan ‘Cinta Monyet’ dia. Kami maklumi, namanya juga cinta kadang bisa
membutakan segalanya. Dibulan ke-4 hubungannya mulai terlihat tidak baik,
sering cek-cok dan pahitnya mereka berdua putus karena alasan yang tidak asing
lagi..se-ling-kuh. Sakit, kecewa dan perasaan sedih itu dia alami dalam waktu
yang lumayan lama. Dia susah untuk move-on dan kami sebagai seorang yang
disebut sahabat dengan sangat senang hati menghibur hatinya. Berhasil-kah usaha
kami? iya, tapi tidak mudah. Banyak cara yang kami lakukan untuk membuat dia
kembali ceria seperti dahulu. Pergi Hang-Out
bareng, buat video seru-seruan bareng, kuliner bareng. Hal itu kami lakukan
tidak sebentar tapi kami tidak menyerah untuk terus membuatnya bahagia seperti
dulu. Usaha kami tidak sia-sia. Waktu terus berjalan, kesenangan yang kami
lakukan hampir setiap hari itu berhasil membuatnya melupakan memori pahit yang
dia alami. Bila dilihat dari cerita yang saya alami, mungkin yang merasa
‘Better’ disini adalah satu orang saja yaitu dia yang mengalami kisah pahitnya
‘Cinta Monyet’ hingga berhasil Move-On. Benar,
dia memang lebih baik. Tapi jika hanya dia jawabannya adalah salah, karena kami
semua sebagai sahabatnya merasa ‘Better’. Better karena melihat orang yang kami
sayangi bahagia. Memang sederhana, tapi begitulah kenyataannya. Saya merasakan
betul bagaimana rasanya ketika kami berhasil membuat orang yang kami sayangi
menjadi lebih baik.
Kesimpulannya
adalah ketika ‘Make Thing Better
Together’ itu dilakukan dengan hati yang tulus maka akan timbul sesuatu
yang bisa membuat kita semua lebih baik. Bukan hanya saya, kamu ataupun dia
tetapi kami, kami semua menjadi lebih baik. Lalu, apa masih mau menyia-nyiakan
rasanya menjadi seorang yang lebih baik dengan melakukannya secara
bersama-sama? Ingatlah..pada hakikatnya manusia itu tidak bisa hidup seorang
diri. Ada kalanya manusia membutuhkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Sekian
dan terimakasih sudah membaca J